PROGRAM LITERASI SEKOLAH 2022

 

 


 

PROGRAM LITERASI SEKOLAH

TAHUN 2022

 

 

 

 


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


PEMERINTAH KABUPATEN PESAWARAN

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

SMPN 18 PESAWARAN

2021

 

 

 

 

 

HALAMAN PENGESAHAN

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

KATA PENGANTAR

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

 

HALAMAN PENGESAHAN.. ii

DAFTAR ISI. iv

BAB I PENDAHULUAN.. 1

A.     Latar Belakang. 1

B.     Konsep  Dasar Literasi 2

C.     Tujuan. 3

D.     Sasaran. 3

BAB II PROGRAM LITERASI SMPN 18 PESAWARAN.. 4

A.     Program Harian. 4

B.     Mingguan. 4

C.     Bulanan. 5

D.     Semester. 5

BAB III PELAKSANAA PROGRAM LITERASI. 6

A.     Tahap Perencanaan. 7

B.     Tahap Pelaksanaan. 7

C.     Tahap Evaluasi 9

BAB IV PENUTUP. 10

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB I PENDAHULUAN

 

A.      Latar Belakang

Membaca merupakan salah satu fungsi yang paling penting dalam hidup. Semua proses belajar didasarkan pada kemampuan membaca (Glenn Doman). Dengan kemampuan membaca yang membudaya dalam diri setiap anak, maka tingkat keberhasilan di sekolah maupun dalam kehidupan di masyarakat akan membuka peluang kesuksesan hidup yang lebih baik

Berdasarkan data statistik yang berasal dari UNESCO, kita akan tahu bahwa Indonesia menempati peringkat 60 dari total 61 negara. Data ini jelas menunjukkan bahwa minat baca Indonesia sangatlah rendah. Rendahnya reading literacy bangsa kita menyebabkan Sumber Daya Manusia kita tidak kompetitif karena kurangnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagai akibat lemahnya minat dan kemampuan membaca dan menulis. Membaca dan menulis belum menjadi kebutuhan hidup dan belum menjadi budaya bangsa. Jumlah perpustakaan dan buku buku jauh dari mencukupi kebutuhan tuntutan membaca sebagai basis pendidikan permasalahan budaya membaca belum dianggap sebagai critical problem, sementara banyak masalah lain yang dianggap lebih mendesak.

Tampaknya Indonesia juga tidak bisa dibandingkan dengan masyarakat Amerika atau Eropa yang anak-anaknya dalam waktu satu tahun saja sudah membaca sekitar 25 – 27 buku. Adapula negara Jepang yang minat bacanya bahkan mencapai angka 15 – 18 persen buku per tahunnya, yang sangat berbanding terbalik dengan Indonesia yang jumlahnya hanya sekitar 0,01 persen per tahunnya.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Peraturan Menteri nomor 23 tahun 2013 meluncurkan sebuah gerakan literasi sekolah untuk menumbuhkan sikap budi pekerti luhur kepada anak-anak melalui bahasa. Sederhananya, setiap anak di sekolah dasar  diwajibkan membaca buku-buku bacaan cerita lokal dan cerita rakyat yang memiliki kearifan lokal dalam materi bacaannya sebelum pelajaran kelas dimulai.

Secara luas, literasi yang dimaksud disini lebih dari sekedar membaca dan menulis. Ia juga mencangkup bagaimana seseorang berkomunikasi dalam masyarakat. Literasi juga bermakna praktik dan hubungan sosial yang terkait dengan pengetahuan, bahasa, dan budaya. (UNESCO, 2003)

Penanaman nilai-nilai budi pekerti luhur ini penting dilakukan sejak dini sebab proses pendidikan sejatinya bukan hanya untuk mencetak manusia yang cerdas secara intelektual, tapi juga cerdas emosional dan spiritual. Harus diakui, salah satu kekeliruan besar dalam sistem pendidikan kita adalah sangat mengedepankan kecerdasan intelektual, namun mengenyampingkan pelajaran yang mengandung nilai-nilai moral. Tak heran jika saat ini banyak orang pintar, berpendidikan tinggi, tapi tak tahu sopan-santun, tak punya sikap tenggang rasa, tak punya empati, dan semacamnya. Padahal dari buku-buku cerita rakyat misalnya, banyak digambarkan ucap dan laku nenek moyang kita yang begitu luhur.

Anak-anak yang duduk di bangku sekolah dasar merupakan usia emas sehingga  penting menanamkan nilai-nilai budi pekerti luhur kepada mereka. Gerakan literasi adalah salah satu cara untuk menanamkan budi pekerti luhur tersebut. Guru memiliki peran penting dalam merangsang siswa untuk belajar, sehingga dalam melaksanakan pembelajaran, guru harus menggunakan pendekatan yang komprehensif serta progresif agar bisa memotivasi rasa ingin tahu siswa dan memicu mereka untuk berpikir kritis. Hal ini akan berhasil jika guru mampu mengembangkan pembelajaran yang tepat sehingga pembelajaran yang dilaksanakan dapat meningkatkan kemampuan literasi dan potensi siswa seutuhnya. Dalam pengembangan pembelajaran, guru juga harus mampu memilih dan memanfaatkan bahan ajar, seperti mendorong siswa untuk membaca buku-buku yang berkualitas, karena membaca sejalan dengan proses berpikir kritis yang memungkinkan siswa untuk kreatif dan berdaya cipta.

Gerakan literasi akan berhasil jika berjalan secara holistik. Selain guru di sekolah,  orang tua, perpustakaan, pemerintah, dan pihak swasta pun harus bersama-sama mendukung mewujudkan gerakan literasi.

B.       Konsep  Dasar Literasi

1.      Literasi Dasar

    Mengembangkan kegiatan membaca, menulis, dan berhitung.

2.      Literasi Perpustakaan

Menggalakkan kegiatan literasi dengan menggunakan referensi yang ada di perpustakaan.

3.      Literasi Tekhnologi

    Menggunakan kemajuan tekhnologi untuk memudahkan kegiatan literasi.

4.      Literasi Media

Menggunakan media sebagai media kampanye literasi. Media terbagi menjadi media online seperti pembuatan blog yang akan me-link ke website Gorontalo Meliterasi, facebook dan twitter. Sementara media cetak bisa dilakukan dengan bekerjasama dengan koran agar menyediakan kolom khusus untuk bagi karya anak, seperti puisi, karangan bebas, cerita bergambar, dsb. Atau bekerja sama dengan stasiun TV dan radio untuk menyiarkan dan mengampanyekan gerakan literasi.

5.      Literasi Visual

    Kemampuan untuk mengapresiasi design grafis dan teks visual.

C.      Tujuan

Tujuan untuk menjadikan siswa memiliki komitmen dan budaya membaca yang tinggi serta miliki kemampuan untuk menulis yang komprehensif. Program Aksi dari Gerakan Literasi SMPN 18 Pesawaran adalah :

1.         Menawarkan, mengajak siswa, guru, manajemen sekolah agar dapat melaksanakan kegiatan gerakan literasi sekolah yang merupakan bentuk aksi/kegiatan;

2.         Mengadakan Sosialisasi tentang pemahaman kepada siswa dan orang tua siswa tentang apa dan bagaimana gerakan literasi sekolah;

3.         ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

4.         ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

5.         ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

6.         ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

7.         ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

8.         ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

D.      Sasaran

Sasaran untama program literasi sekolah ini adalah:

1.         Siswa SMPN 18 Pesawaran

2.         Guru SMPN 18 Pesawaran

 

BAB II PROGRAM LITERASI SMPN 18 PESAWARAN

 

Upaya untuk mendukung program GLS yang dicanangkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, SMPN 18 Pesawaran merancang Tekhnis Konsep Literasi di sekolah melalui kegiatan: harian, mingguan, bulanan, Per Semester.

A.      Program Harian

1.         Membaca buku-buku “budi pekerti 10 menit sebelum pelajaran dimulai di kelas masing-masing;

2.         Menyediakan Pojok Literasi di Perpustakaan, taman, atau lokasi manapun yang nyaman di lingkungan sekolah

3.         Menjadwalkan kegiatan literasi (membaca, menulis, mendongeng, bermain drama, menggambar,  kerajinan tangan, dst) bagi setiap kelas di Pojok Literasi

4.         ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

5.         ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

6.         ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

7.         ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

8.         ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

 

B.       Mingguan

1.         Mengadakan quis atau perlombaan kegiatan literasi (lomba membaca, mendongeng, berpuisi, drama cerita rakyat, menari, dst) yang menyenangkan;

2.         Meminta dan memotivasi  anak untuk berkunjung ke “Perpustakaan Taman yang merupakan kegiatan mingguan Perpustakaan;

3.         ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

4.         ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

 

C.      Bulanan

1.         Mengadakan kegiatan kunjungan ke pusat-pusat Literasi (Gramedia, museum, rumah adat, tokoh masyarakat, dinas pariwisata, dst)

2.         ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

3.         ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

4.         ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

 

D.      Semester

1.      Memberi reward kepada siswa yang mendapatkan nilai terbaik dalam bidang literasi (reading award dan writing award)

2.      Mendorong orang tua siswa untuk menjadi penyumbang buku anak di akhir semester

3.      ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

4.      ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

5.      ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III PELAKSANAA PROGRAM LITERASI

 

Beers, dkk. (2009) dalam A Principal’s Guide to Literacy Instruction, menyatakan bahwa strategi sangat diperlukan guna terciptanya budaya literasi sekolah yang positif (www.bibliotech.us/pdfs/InfoLit.pdf). Tiga strategi tersebut adalah sebagai berikut.

1.     Mengondisikan lingkungan fisik yang ramah literasi;

2.     Mengupayakan lingkungan sosial sebagai model interaksi dan komunikasi yang literat;

3.     Mengupayakan sekolah sebagai lingkungan belajar yang literat.

Untuk mewujudkan lingkungan fisik yang ramah literasi, perlu diciptakan lingkungan sekolah yang nyaman dan menyenangkan bagi peserta didik untuk kegiatan berliterasi, misalnya dengan menata ruang perpustakaan yang menarik, representatif, dan nyaman dengan melengkapinya dengan sarana yang memadai. Untuk mewujudkan lingkungan sosial sebagai model komunikasi dan interaksi yang literat, perlu diciptakan suatu jalinan komunikasi yang harmonis di antara semua warga sekolah. Sementara itu, untuk mewujudkan sekolah sebagai lingkungan belajar yang literat, perlu disediakan berbagai bacaan yang bermanfaat dan menarik minat warga sekolah untuk membacanya.

Berkaca dari tiga strategi tersebut, budaya literasi di sekolah sudah saatnya dan sewajarnya menjadi program prioritas. Untuk itu, seluruh pemangku kepentingan di sekolah harus memiliki kesepakatan untuk memasukkan program literasi dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS).

Berkaitan dengan hal tersebut, ada beberapa pedoman dalam melaksanakan strategi tersebut. Ketiga pedoman yang dimaksud adalah rasa ingin tahu, dimotori guru, dan banyak kompetisi literasi. Hal- hal tersebut dipaparkan secara singkat berikut ini.

Rasa ingin tahu. Gerakan ini mampu mewadahi keingintahuan peserta didik terhadap segala hal yang ada di sekitar mereka. Gerakan ini mampu memotivasi peserta didik untuk memiliki kebiasaan membaca sehingga akan menambah wawasan peserta didik tentang berbagai hal. Selanjutnya, setelah kebiasaan membaca itu terbentuk, akan dihasilkan pula tulisan-tulisan kreatif karya peserta didik, baik secara individu maupun kelompok.

Dimotori guru. Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Daerah, dan Bahasa Asing harus menjadi penggerak pelaksanaan literasi sekolah. Mereka adalah guru-guru yang memiliki pemahaman baik tentang penerapan literasi. Di bawah pembinaan dan pengawasan langsung dari guru-guru tersebut, gerakan ini akan dapat mencapai target yang telah ditentukan.

Berdasarkan ketiga pedoman tersebut, dalam strategi pelaksanaannya, ada tiga tahap kegiatan yang akan dilakukan, yakni tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Ketiga tahap tersebut dipaparkan secara singkat pada bagian berikut ini.

A.      Tahap Perencanaan

Pada tahap ini ada beberapa kegiatan yang dilakukan di sekolah.

1.         Pembentukan Tim Literasi Sekolah

Kepala sekolah, berdasarkan masukan dari para staf, menyusun Tim Pengembangan Budaya Literasi Sekolah. Untuk itu, perlu dibuat Surat Keputusan dan Surat Tugas yang berkaitan dengan kegiatan tersebut, disertai dengan diskripsi tugas.

2.         Pelaksanaan Koordinasi

Tim Pengembangan Budaya Literasi mengadakan koordinasi awal untuk menyusun draf perencanaan program budaya literasi. Hasil perencanaan program tersebut kemudian didiskusikan untuk proses pematangan program.

3.         Penyusunan Program

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

4.         Sosialisasi Program

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

B.       Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan ini ada beberapa kegiatan yang dilakukan, yakni sebagai berikut.

1.      Wajib Kunjung Perpustakaan

Kegiatan ini diimplementasikan dengan cara menyusun jadwal kunjungan ke perpustakaan sehingga setiap kelas memiliki kesempatan yang sama mengunjungi perpustakaan. Bukan hanya sekadar berkunjung, melainkan mewajibkan peserta didik meminjam buku, menyusun ringkasan atas buku yang telah dibacanya, kemudian peserta didik mengembalikan buku tersebut dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

2.      Membaca Buku Nonpelajaran

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

3.      Majalah Dinding

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

4.      Pohon Literasi Kelas

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

5.      Posterisasi Sekolah

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

6.      Dinding Motivasi

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

7.      Sudut-Sudut Baca

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

8.      Lomba Karya Literasi

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

 

C.      Tahap Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan dalam forum diskusi dewan guru berdasarkan catatan, dokumentasi, dan kendala-kendala yang dihadapi selama program berlangsung. Hasil evaluasi digunakan sebagai bahan untuk menentukan rencana tindak lanjut. Oleh sebab itu, kegiatan pada tahap evaluasi ini meliputi dua hal berikut.

1.      Monitoring

Kepala sekolah bersama tim inti melakukan monitoring pelaksanaan program budaya literasi sekolah.

2.      Koordinasi Rutin

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV PENUTUP

 

Demikian  program literasi sekolah SMP 18 Pesawaran  yang telah kami susun sesuai Rencana Kerja dan Anggara Sekolah (RKAS) tahun 2021.  Program literasi sekolah sangat diperlukan terutama untuk menyambut era digital. Adanya Program literasi di sekolah akan meningkatkan mutu literasi dikalangan siswa yang pada saatnya akan meningkatkan kwalitas pembelajaran pendidikan di SMPN 18 Pesawaran.

 

 

 

Subscribe to receive free email updates: