PROGRAM LITERASI SEKOLAH 2022
PROGRAM
LITERASI SEKOLAH
TAHUN 2022
PEMERINTAH
KABUPATEN PESAWARAN
DINAS
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMPN
18 PESAWARAN
2021
HALAMAN PENGESAHAN
KATA
PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB II PROGRAM LITERASI SMPN 18 PESAWARAN
BAB III PELAKSANAA PROGRAM LITERASI
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Membaca merupakan
salah satu fungsi yang paling penting dalam hidup. Semua proses belajar
didasarkan pada kemampuan membaca (Glenn Doman). Dengan kemampuan membaca yang
membudaya dalam diri setiap anak, maka tingkat keberhasilan di sekolah maupun
dalam kehidupan di masyarakat akan membuka peluang kesuksesan hidup yang lebih
baik
Berdasarkan data
statistik yang berasal dari UNESCO, kita akan tahu bahwa Indonesia menempati
peringkat 60 dari total 61 negara. Data ini jelas menunjukkan bahwa minat baca
Indonesia sangatlah rendah. Rendahnya reading literacy bangsa kita menyebabkan
Sumber Daya Manusia kita tidak kompetitif karena kurangnya penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi, sebagai akibat lemahnya minat dan kemampuan membaca
dan menulis. Membaca dan menulis belum menjadi kebutuhan hidup dan belum
menjadi budaya bangsa. Jumlah perpustakaan dan buku buku jauh dari mencukupi kebutuhan
tuntutan membaca sebagai basis pendidikan permasalahan budaya membaca belum
dianggap sebagai critical problem, sementara banyak masalah lain yang dianggap
lebih mendesak.
Tampaknya Indonesia
juga tidak bisa dibandingkan dengan masyarakat Amerika atau Eropa yang
anak-anaknya dalam waktu satu tahun saja sudah membaca sekitar 25 – 27 buku.
Adapula negara Jepang yang minat bacanya bahkan mencapai angka 15 – 18 persen
buku per tahunnya, yang sangat berbanding terbalik dengan Indonesia yang
jumlahnya hanya sekitar 0,01 persen per tahunnya.
Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan melalui Peraturan Menteri nomor 23 tahun 2013 meluncurkan sebuah
gerakan literasi sekolah untuk menumbuhkan sikap budi pekerti luhur kepada
anak-anak melalui bahasa. Sederhananya, setiap anak di sekolah dasar diwajibkan membaca buku-buku bacaan cerita
lokal dan cerita rakyat yang memiliki kearifan lokal dalam materi bacaannya
sebelum pelajaran kelas dimulai.
Secara luas, literasi
yang dimaksud disini lebih dari sekedar membaca dan menulis. Ia juga mencangkup
bagaimana seseorang berkomunikasi dalam masyarakat. Literasi juga bermakna
praktik dan hubungan sosial yang terkait dengan pengetahuan, bahasa, dan
budaya. (UNESCO, 2003)
Penanaman nilai-nilai
budi pekerti luhur ini penting dilakukan sejak dini sebab proses pendidikan
sejatinya bukan hanya untuk mencetak manusia yang cerdas secara intelektual,
tapi juga cerdas emosional dan spiritual. Harus diakui, salah satu kekeliruan
besar dalam sistem pendidikan kita adalah sangat mengedepankan kecerdasan
intelektual, namun mengenyampingkan pelajaran yang mengandung nilai-nilai
moral. Tak heran jika saat ini banyak orang pintar, berpendidikan tinggi, tapi
tak tahu sopan-santun, tak punya sikap tenggang rasa, tak punya empati, dan
semacamnya. Padahal dari buku-buku cerita rakyat misalnya, banyak digambarkan
ucap dan laku nenek moyang kita yang begitu luhur.
Anak-anak yang duduk
di bangku sekolah dasar merupakan usia emas sehingga penting menanamkan nilai-nilai budi pekerti
luhur kepada mereka. Gerakan literasi adalah salah satu cara untuk menanamkan
budi pekerti luhur tersebut. Guru memiliki peran penting dalam merangsang siswa
untuk belajar, sehingga dalam melaksanakan pembelajaran, guru harus menggunakan
pendekatan yang komprehensif serta progresif agar bisa memotivasi rasa ingin
tahu siswa dan memicu mereka untuk berpikir kritis. Hal ini akan berhasil jika
guru mampu mengembangkan pembelajaran yang tepat sehingga pembelajaran yang
dilaksanakan dapat meningkatkan kemampuan literasi dan potensi siswa seutuhnya.
Dalam pengembangan pembelajaran, guru juga harus mampu memilih dan memanfaatkan
bahan ajar, seperti mendorong siswa untuk membaca buku-buku yang berkualitas,
karena membaca sejalan dengan proses berpikir kritis yang memungkinkan siswa
untuk kreatif dan berdaya cipta.
Gerakan literasi akan
berhasil jika berjalan secara holistik. Selain guru di sekolah, orang tua, perpustakaan, pemerintah, dan
pihak swasta pun harus bersama-sama mendukung mewujudkan gerakan literasi.
B.
Konsep Dasar Literasi
1. Literasi
Dasar
Mengembangkan
kegiatan membaca, menulis, dan berhitung.
2. Literasi
Perpustakaan
Menggalakkan
kegiatan literasi dengan menggunakan referensi yang ada di perpustakaan.
3. Literasi
Tekhnologi
Menggunakan kemajuan tekhnologi untuk
memudahkan kegiatan literasi.
4. Literasi
Media
Menggunakan
media sebagai media kampanye literasi. Media terbagi menjadi media online
seperti pembuatan blog yang akan me-link ke website Gorontalo Meliterasi,
facebook dan twitter. Sementara media cetak bisa dilakukan dengan bekerjasama
dengan koran agar menyediakan kolom khusus untuk bagi karya anak, seperti
puisi, karangan bebas, cerita bergambar, dsb. Atau bekerja sama dengan stasiun
TV dan radio untuk menyiarkan dan mengampanyekan gerakan literasi.
5. Literasi
Visual
Kemampuan untuk mengapresiasi design grafis
dan teks visual.
C.
Tujuan
Tujuan
untuk menjadikan siswa memiliki komitmen dan budaya membaca yang tinggi serta
miliki kemampuan untuk menulis yang komprehensif. Program Aksi dari Gerakan
Literasi SMPN 18 Pesawaran adalah :
1.
Menawarkan, mengajak
siswa, guru, manajemen sekolah agar dapat melaksanakan kegiatan gerakan
literasi sekolah yang merupakan bentuk aksi/kegiatan;
2.
Mengadakan Sosialisasi
tentang pemahaman kepada siswa dan orang tua siswa tentang apa dan bagaimana gerakan
literasi sekolah;
3.
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
4.
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
5.
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
6.
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
7.
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
8.
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
D.
Sasaran
Sasaran
untama program literasi sekolah ini adalah:
1.
Siswa SMPN 18 Pesawaran
2.
Guru SMPN 18 Pesawaran
BAB II PROGRAM LITERASI SMPN 18 PESAWARAN
Upaya untuk
mendukung program GLS yang dicanangkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia, SMPN 18 Pesawaran merancang Tekhnis Konsep Literasi di
sekolah melalui kegiatan: harian, mingguan, bulanan, Per Semester.
A.
Program
Harian
1.
Membaca buku-buku “budi
pekerti 10 menit sebelum pelajaran dimulai di kelas masing-masing;
2.
Menyediakan Pojok
Literasi di Perpustakaan, taman, atau lokasi manapun yang nyaman di lingkungan
sekolah
3.
Menjadwalkan kegiatan
literasi (membaca, menulis, mendongeng, bermain drama, menggambar, kerajinan tangan, dst) bagi setiap kelas di
Pojok Literasi
4.
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
5.
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
6.
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
7.
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
8.
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
B.
Mingguan
1.
Mengadakan quis atau
perlombaan kegiatan literasi (lomba membaca, mendongeng, berpuisi, drama cerita
rakyat, menari, dst) yang menyenangkan;
2.
Meminta dan
memotivasi anak untuk berkunjung ke
“Perpustakaan Taman yang merupakan kegiatan mingguan Perpustakaan;
3.
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
4.
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
C.
Bulanan
1.
Mengadakan kegiatan
kunjungan ke pusat-pusat Literasi (Gramedia, museum, rumah adat, tokoh masyarakat,
dinas pariwisata, dst)
2.
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
3.
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
4.
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
D.
Semester
1. Memberi
reward kepada siswa yang mendapatkan nilai terbaik dalam bidang literasi
(reading award dan writing award)
2. Mendorong
orang tua siswa untuk menjadi penyumbang buku anak di akhir semester
3. ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
4. ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
5. ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
BAB III PELAKSANAA PROGRAM LITERASI
Beers, dkk.
(2009) dalam A Principal’s Guide to Literacy Instruction, menyatakan bahwa
strategi sangat diperlukan guna terciptanya budaya literasi sekolah yang
positif (www.bibliotech.us/pdfs/InfoLit.pdf). Tiga strategi tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Mengondisikan lingkungan fisik yang ramah
literasi;
2. Mengupayakan lingkungan sosial sebagai
model interaksi dan komunikasi yang literat;
3. Mengupayakan sekolah sebagai lingkungan
belajar yang literat.
Untuk mewujudkan
lingkungan fisik yang ramah literasi, perlu diciptakan lingkungan sekolah yang
nyaman dan menyenangkan bagi peserta didik untuk kegiatan berliterasi, misalnya
dengan menata ruang perpustakaan yang menarik, representatif, dan nyaman dengan
melengkapinya dengan sarana yang memadai. Untuk mewujudkan lingkungan sosial
sebagai model komunikasi dan interaksi yang literat, perlu diciptakan suatu
jalinan komunikasi yang harmonis di antara semua warga sekolah. Sementara itu,
untuk mewujudkan sekolah sebagai lingkungan belajar yang literat, perlu
disediakan berbagai bacaan yang bermanfaat dan menarik minat warga sekolah
untuk membacanya.
Berkaca dari
tiga strategi tersebut, budaya literasi di sekolah sudah saatnya dan sewajarnya
menjadi program prioritas. Untuk itu, seluruh pemangku kepentingan di sekolah
harus memiliki kesepakatan untuk memasukkan program literasi dalam Rencana
Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS).
Berkaitan dengan
hal tersebut, ada beberapa pedoman dalam melaksanakan strategi tersebut. Ketiga
pedoman yang dimaksud adalah rasa ingin tahu, dimotori guru, dan banyak
kompetisi literasi. Hal- hal tersebut dipaparkan secara singkat berikut ini.
Rasa ingin tahu.
Gerakan ini mampu mewadahi keingintahuan peserta didik terhadap segala hal yang
ada di sekitar mereka. Gerakan ini mampu memotivasi peserta didik untuk
memiliki kebiasaan membaca sehingga akan menambah wawasan peserta didik tentang
berbagai hal. Selanjutnya, setelah kebiasaan membaca itu terbentuk, akan
dihasilkan pula tulisan-tulisan kreatif karya peserta didik, baik secara
individu maupun kelompok.
Dimotori guru.
Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Daerah, dan Bahasa
Asing harus menjadi penggerak pelaksanaan literasi sekolah. Mereka adalah
guru-guru yang memiliki pemahaman baik tentang penerapan literasi. Di bawah
pembinaan dan pengawasan langsung dari guru-guru tersebut, gerakan ini akan
dapat mencapai target yang telah ditentukan.
Berdasarkan
ketiga pedoman tersebut, dalam strategi pelaksanaannya, ada tiga tahap kegiatan
yang akan dilakukan, yakni tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Ketiga
tahap tersebut dipaparkan secara singkat pada bagian berikut ini.
A.
Tahap
Perencanaan
Pada
tahap ini ada beberapa kegiatan yang dilakukan di sekolah.
1.
Pembentukan Tim
Literasi Sekolah
Kepala
sekolah, berdasarkan masukan dari para staf, menyusun Tim Pengembangan Budaya
Literasi Sekolah. Untuk itu, perlu dibuat Surat Keputusan dan Surat Tugas yang
berkaitan dengan kegiatan tersebut, disertai dengan diskripsi tugas.
2.
Pelaksanaan Koordinasi
Tim
Pengembangan Budaya Literasi mengadakan koordinasi awal untuk menyusun draf
perencanaan program budaya literasi. Hasil perencanaan program tersebut
kemudian didiskusikan untuk proses pematangan program.
3.
Penyusunan Program
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
4.
Sosialisasi Program
B.
Tahap
Pelaksanaan
Pada
tahap pelaksanaan ini ada beberapa kegiatan yang dilakukan, yakni sebagai
berikut.
1. Wajib
Kunjung Perpustakaan
Kegiatan
ini diimplementasikan dengan cara menyusun jadwal kunjungan ke perpustakaan
sehingga setiap kelas memiliki kesempatan yang sama mengunjungi perpustakaan.
Bukan hanya sekadar berkunjung, melainkan mewajibkan peserta didik meminjam
buku, menyusun ringkasan atas buku yang telah dibacanya, kemudian peserta didik
mengembalikan buku tersebut dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
2. Membaca
Buku Nonpelajaran
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
3. Majalah
Dinding
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
4. Pohon
Literasi Kelas
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
5. Posterisasi
Sekolah
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
6. Dinding
Motivasi
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
7. Sudut-Sudut
Baca
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
8. Lomba
Karya Literasi
C.
Tahap
Evaluasi
Evaluasi
dilaksanakan dalam forum diskusi dewan guru berdasarkan catatan, dokumentasi,
dan kendala-kendala yang dihadapi selama program berlangsung. Hasil evaluasi
digunakan sebagai bahan untuk menentukan rencana tindak lanjut. Oleh sebab itu,
kegiatan pada tahap evaluasi ini meliputi dua hal berikut.
1. Monitoring
Kepala
sekolah bersama tim inti melakukan monitoring pelaksanaan program budaya
literasi sekolah.
2. Koordinasi
Rutin
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
BAB IV PENUTUP
Demikian program literasi sekolah SMP 18 Pesawaran yang telah kami susun sesuai Rencana Kerja dan
Anggara Sekolah (RKAS) tahun 2021.
Program literasi sekolah sangat diperlukan terutama untuk menyambut era
digital. Adanya Program literasi di sekolah akan meningkatkan mutu literasi
dikalangan siswa yang pada saatnya akan meningkatkan kwalitas pembelajaran
pendidikan di SMPN 18 Pesawaran.